02 Mei 2009

Pentingnya Bersahabat Dengan Para Shalihin Dan Menyertai Majelis Mereka


Dalam bab ini – yang seakan-akan sebagai penyempurna Bab VI – saya mengharapkan kepada kaum muslimin agar memperhatikan satu hal yang sangat penting, yaitu hendaknya selalu berhubungan dengan mereka yang senantiasa dekat dengan Allah (waliyullah) dan selalu mendatanginya. Perbuatan ini dapat menyebabkan kekuatan amal agama serta mendatangkan kebaikan dan keberkahan dalam hidup kita. Rasulullah saw. bersabda:

"Maukah aku tunjukkan kepadamu suatu perkara yang menguatkan agama dan dengannya kamu akan memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat? Hendaklah kamu menyertai majelis-majelis ahli dzikir (orang yang selalu mengingat dan membesarkan Allah)." (Al-Hadits - Misykaat).

Untuk dapat menyertai mereka yang dekat dengan Allah, hendaknya kita mengetahui ciri-ciri sebenarnya orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Ciri-ciri mereka ialah senantiasa melaksanakan sunah-sunah Nabi saw., sebab Allah telah menjadikan Nabi saw. sebagai teladan bagi umatnya. Allah berfirman:

"Katakan (Wahai Muhammad), 'Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu, dan mengampuni dosa-dosamu.  Dan  Allah  Maha  Pengampun  lagi  Maha  Penyayang"  (Q.s. Ali Imran: 31).

Oleh karena itu, barangsiapa mengikuti Rasulullah saw. dengan sempurna, berarti ia waliyullah. Dan barangsiapa jauh dari sunah-sunahnya, maka ia telah jauh dari Allah dan terjauh dari rahmat-Nya." Para ahli tafsir menulis bahwa barangsiapa mengaku mencintai Allah tetapi tidak mengikuti sunah Rasulullah saw., maka ia adalah pendusta. Karena sudah menjadi kaidah dalam bercinta  bahwa kita akan mencintai segala sesuatu yang berhubungan dengan yang kita cintai. Jika kita mencintai seseorang, kita pun akan mencintai rumahnya, temboknya, lantainya, tamannya, sampai hewan piaraannya. Seorang penyair mengutip ucapan Amrul Qais, kekasih Laila yang termasyhur:

Ketika aku lewat di kota Laila,  aku cium dinding ini dan itu.

Sebenarnya bukanlah kecintaan kepada kota itu yang menggetarkan hatiku, namun kecintaanku kepada orang yang tinggal di kota itu

Seorang penyair lainnya berkata:

Kamu mengaku  mencintai Allah

padahal perbuatanmu bertentangan dengan perintah-Nya 

Seandainya cintamu itu sejati, niscaya kamu selalu mentaati-Nya

Sesungguhnya orang yang mencintai selalu patuh kepada yang dicintainya

Rasulullah saw. bersabda, "Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan." Para sahabat r.a. bertanya, "Siapakah yang enggan itu, ya Rasulullah?" Jawab beliau, "Barangsiapa mentaatiku, ia akan masuk surga. Dan barangsiapa mengingkariku, maka dialah orang yang enggan." Sabda beliau lainnya, "Tidak sempurna iman seseorang di antaramu sehingga segala keinginannya mengikuti apa yang kubawa."  (Misykat).

Sungguh mengherankan orang yang mengaku dirinya muslim tetapi tidak mentaati Allah dan meninggalkan sunah-sunah Rasul-Nya. Jika hal ini kita sampaikan kepada mereka bahwa mereka meninggalkan sunah Nabi saw., mereka tentu akan marah. Sa'di rah.a. berkata dalam sebuah syair, "Barangsiapa menentang Nabi, maka perjalanan apa pun yang ditempuhnya tidak akan sampai ke tujuan."

Siapa pun orangnya, jika menyeleweng dari sunah Nabinya, maka jalan apa pun yang ia tempuh tidak akan sampai ke tempat tujuannya. Oleh sebab itu, setelah kita tahu bahwa seseorang itu adalah wali Allah, maka hendaknya kita selalu mendampinginya, banyak berkhidmat kepadanya, dan banyak mengambil manfaat dari ilmunya, karena  hal itu akan menyebabkan peningkatan agama kita. Dan Nabi saw. menyuruh kita agar selalu dekat dengan para kekasih Allah.

Beliau bersabda, "Apabila kalian melewati taman-taman surga, ambillah hasilnya." Para sahabat bertanya, "Apakah  taman-taman surga itu ya Rasulullah?" Jawab Beliau, "Majelis-majelis ilmu."  (Thabrani - At-Targhib). Nabi saw. juga bersabda, "Sesungguhnya Lukman Hakim berkata kepada anaknya, "Wahai anakku, sertailah para ulama dan dengarkanlah ucapan-ucapan ahli hikmah, karena sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan nur hikmah sebagaimana Dia menghidupkan tanah yang mati dengan air hujan."  (At-Targhib).

Seorang sahabat bertanya kepada Nabi saw., "Siapakah sahabat yang terbaik bagi kami?" Jawabnya, "Seseorang yang jika kamu melihatnya, kamu teringat Allah. Jika kamu mendengar ucapannya, pengetahuanmu mengenai Islam bertambah. Dan jika kamu melihat perilakunya, kamu teringat akhirat." (At-Targhib). Hadits lain menyebutkan, "Hamba Allah yang terbaik adalah yang jika kamu melihatnya, kamu teringat Allah swt.." Allah berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (Q.s. At-Taubah : 119).

Para ahli tafsir menafsirkan, maksud orang-orang yang benar dalam ayat ini ialah alim ulama ahli sunah dan para kekasih Allah. Barangsiapa berdekatan dengan mereka, mendengarkan nasihat-nasihat mereka, dan melayani mereka, akan mendapatkan tarbiyah dan kekuatan iman. Syaikh Akbar rah.a. menulis, "Seumur hidupmu tidak akan dapat menjauhkan diri dari kekuasaan hawa nafsu dan kemungkaran selama keinginanmu tidak disalurkan menurut perintah Allah dan sunah Nabi saw.. Oleh sebab itu, jika engkau menjumpai kekasih Allah, tumbuhkanlah rasa hormat dalam hatimu, layanilah ia dengan baik, dan ikutilah ajaran-ajarannya. Jadilah engkau seperti mayat di hadapannya, jangan engkau memiliki keinginan apa pun di hatimu. Jika mereka menyuruh, segeralah melaksanakannya. Apa yang dilarang olehnya, tinggalkanlah. Jika disuruh duduk, duduklah. Anggaplah apa pun perintahnya sebagai tugas kita. Bermusyawarahlah dengannya mengenai semua masalah agama dan ruhani, agar ia membimbingmu dan membawamu lebih dekat kepada Allah."

Oleh sebab itu, berusahalah mencari kekasih-kekasih Allah. Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada suatu kaum yang mengingat Allah dalam suatu majelis, kecuali malaikat akan berkerumun mengelilinginya, rahmat akan bercucuran ke atasnya, diturunkan kepada mereka sakinah, dan Allah akan mengingat mereka dalam majelis para malaikat. Adakah kehormatan yang lebih terhormat bagi para mukmin daripada yang diberikan Allah dengan mengingat mereka di dalam majelis-Nya?"  Dalam sabda Nabi saw. lainnya, "Sekumpulan malaikat diutus kepada orang-orang yang mengingat Allah dengan ikhlas, kemudian mereka berkata, "Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan telah menggantikan amalmu yang buruk dengan yang baik." Nabi saw. juga bersabda, "Majelis mana pun yang tidak mengingat Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi saw. akan menemui kekecewaan dan kerugian pada hari Kiamat." Ada sebuah doa Nabi Dawud a.s., "Ya Allah, jika Engkau melihat diriku tidak menyertai kumpulan orang-orang yang mengingat-Mu dan menghadiri kumpulan yang melalaikan-Mu, maka patahkanlah kakiku." Sebuah syair berbunyi, "Jika aku tidak mendengar-Nya dan melihat wajah-Nya, maka lebih baik aku menjadi buta dan tuli."

Abu Hurairah r.a. berkata, "Suatu majelis yang mengingat dan membesarkan Allah akan memancarkan nur yang terlihat oleh ahli-ahli langit seperti bintang-bintang bercahaya terlihat oleh ahli bumi." Suatu ketika Abu Hurairah r.a. pergi ke pasar dan mengumumkan kepada orang-orang, "Saudara-saudara, mengapa kamu duduk-duduk saja di sini padahal warisan Rasulullah saw. sedang dibagi-bagikan di masjid?" Orang-orang pun berlarian ke masjid, tetapi tidak ada suatu barang pun yang dibagikan di sana. Mereka pulang dengan kesal dan berkata, "Di sana tidak dibagikan apa-apa." Abu Hurairah r.a. bertanya, "Lalu ada apa di sana?" Jawab mereka, "Sebagian orang sedang membaca Al-Quran dan sebagian yang lain berdzikir memuji dan membesarkan Allah." Sahut Abu Hurairah r.a., "Itulah yang dimaksud dengan warisan Rasulullah saw.." Imam Ghazali rah.a. menulis banyak hadits yang serupa dengan hadits di atas. Rasulullah saw. telah diperintah oleh Allah swt. agar selalu bersama-sama mereka yang dekat dengan-Nya. Allah swt. berfirman:

"Dan sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang berdoa kepada Rabbnya pada pagi dan petang, mereka menghendaki ridha-Nya dan janganlah engkau palingkan kedua matamu dari mereka karena menghendaki perhiasan hidup di dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami dan mengikuti hawa nafsunya, dan adalah pekerjaannya berlebih-lebihan."  (Q.s. Al-Kahfi :  28).

Dalam ayat ini, Rasulullah saw. telah diperintah agar menjauhkan diri dari mereka yang melanggar batasan hukum Allah, lalai dari mengingat Allah swt., dan mengikuti hawa nafsunya. Banyak hadits yang menunjukkan bahwa Nabi saw. pernah bersyukur kepada Allah karena telah membangkitkan orang-orang shalih di antara umatnya, dimana beliau diperintahkan duduk bersama mereka. Adapun mereka yang selalu mengikuti budaya orang-orang kafir, orang-orang fasik, dan orang-orang Nasrani dalam cara hidup dan tingkah laku mereka, baik dalam urusan agama atau dunia, hendaknya merenung, memeriksa, dan bertanya kepada diri sendiri akan keimanan mereka, jalan manakah yang sedang mereka tempuh.

Wahai insan yang lalai! Aku khawatir kalian tidak akan sampai ke Ka'bah karena jalan yang kalian lalui menuju ke Turkistan

Tujuan saya menulis risalah ini sebenarnya ingin memberikan nasihat dalam beragama, dan Alhamdulillah, hal ini sudah saya lakukan. Sekarang saya serahkan kepada Allah dan saya akhiri penulisan risalah ini.

Dan tiadalah bagi para Rasul kecuali sekadar menyampaikan.