30 Mei 2009

Ayat-Ayat Al-Quran Yang Menegaskan Kepentingan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar


Dengan mengharap berkah Allah swt. melalui Kalam-Nya, kami menulis di bagian awal buku ini beberapa ayat Al-Quran yang menegaskan pentingnya usaha tabligh dan amar ma'ruf nahi mungkar. Dari ayat-ayat ini semoga para pembaca dapat dengan mudah memahami betapa penting menegakkan dakwah Islam di sisi Allah swt.. Tentang masalah ini, Dia telah mengulanginya berkali-kali di dalam kalam suci- Nya. Kami telah menemukan kurang lebih enam puluh ayat Al-Quran yang menganjurkan untuk mentablighkan agama. Mungkin, jika ada orang yang lebih teliti, kami tidak tahu berapa banyak lagi ayat yang akan ditemukan mengenai masalah ini. Jika semua ayat tersebut ditulis dalam buku ini tentu akan menjadi sangat  tebal. Oleh sebab itu, kami menuliskan beberapa ayat saja.

1.      Firman Allah Swt.:

"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru (manusia) kepada Allah dan beramal shalih dan berkata, "Bahwasanya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)." (Q.s. Fushilat : 33).

Sebagian mufassir menafsirkan bahwa barangsiapa menyeru manusia ke jalan Allah dengan cara apa saja, maka ia berhak mendapat kehormatan berupa berita gembira dan pujian seperti yang disebutkan di dalam ayat di atas, misalnya para Nabi a.s. berdakwah dengan menggunakan mukjizatnya, alim ulama berdakwah dengan menggunakan dalil dan hujjahnya, para mujahid berdakwah dengan pedangnya, dan para muadzin berdakwah dengan adzannya. Intinya, siapa pun yang menyeru kepada Allah, ia berhak mendapatkan kehormatan itu, baik mengajak kepada amalan-amalan zhahir atau amalan-amalan batin, sebagaimana para ahli tasawuf yang mengajak kepada ma'rifatullah (mengenal Allah). (Tafsir Khazin )

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa ayat, "Dan ia berkata bahwa aku termasuk muslim," bermakna bahwa seorang muslim hendaknya bangga dengan keislaman dikaruniakan Allah kepadanya, dan ia yakin bahwa keislamannya itu merupakan kemuliaan baginya. Ahli-ahli tafsir lainnya menafsirkan bahwa dalam setiap kegiatan dakwah dan tabligh, selayaknya kita tidak merasa sombong karena menjadi seorang mubaligh. Kita seharusnya berendah hati dengan menganggap bahwa kita hanyalah seorang muslim biasa sebagaimana muslim lainnya.

2.      Firman Allah Swt.:

"Dan berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman." (Q.s. Adz-Dzariyat : 55).

Ahli tafsir menulis bahwa maksud ayat di atas adalah memberikan nasihat dengan memperdengarkan ayat-ayat Al-Qur'an yang tentu sangat bermanfaat. Adapun manfaatnya bagi orang mukmin tentunya sudah jelas. Sedangkan bagi orang-orang kafir, karena dengan usaha ini, insya Allah mereka dapat menjadi beriman dan akan termasuk di dalam ayat di atas. Namun sayangnya, pada zaman ini kesempatan berdakwah dan bertabligh sudah hampir tertutup.Umumnya, para mubaligh hanya ingin menunjukkan  kepandaian dan kefasihan berbicara supaya para pendengar memujinya. Padahal, Rasulullah saw. bersabda bahwa barangsiapa belajar seni pidato dan berbicara agar manusia condong kepadanya, maka amal ibadahnya, baik yang fardhu atau yang sunah tidak akan diterima pada hari Kiamat."

3.      Firman Allah Swt.:

"Dan suruhlah keluargamu (umatmu) dengan shalat dan bersabarlah atasnya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberimu rezeki. Dan akibat (yang baik) itu bagi orang yang bertakwa." (Q.s. Thaha: 132).

Banyak hadits yang menyatakan bahwa jika Rasulullah saw. berpikir untuk menghilangkan kesempitan hidup seseorang, maka beliau akan menyuruhnya supaya mengerjakan shalat. Kemudian beliau membaca ayat di atas, seakan-akan beliau mengisyaratkan bahwa janji dilapangkannya rezeki itu bergantung kepada dijaganya shalat. Alim ulama menegaskan bahwa mengapa di dalam ayat ini seseorang di perintah untuk menjaga shalatnya sendiri, di samping memerintahkan orang lain untuk shalat, karena hal itu akan lebih bermanfaat dan akan memberikan kesan terhadap  orang lain, sehingga orang lain  juga akan menjaga shalat. Oleh karena itu, Allah swt. mengutus para Nabi dengan membawa hidayah. Mereka datang di tengah-tengah kaumnya sebagai suri teladan, mereka  mengamalkan apa yang mereka sampaikan, sehingga orang yang mau mengamalkannya akan merasa mudah. Dan tidak terlintas di dalam pikirannya bahwa hukum ini atau itu susah diamalkan. Setelah itu, di dalam ayat di atas,  Allah swt.menjanjikan rezeki untuk orang yang menegakkan shalat. Kemaslahatan janji itu adalah  bahwa terkadang secara lahiriyah, menjaga shalat tepat pada waktunya akan menimbulkan kerugian  dalam pekerjaan, terutama dalam berdagang, bekerja  sebagai buruh, dan sebagainya. Namun demikian, Allah swt. membantahnya bahwa rezeki adalah tanggungan-Nya. Semua ini baru urusan dunia. Dan disebutkan juga bahwa kebahagiaan sesungguhnya hanya akan dicapai oleh orang-orang yang bertakwa. Selain mereka, tidak ada seorang pun yang mendapatkan kebahagiaan hakiki.

4.      Firman Allah Swt.:

"Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat baik, dan cegahlah dari kemungkaran dan bersabarlah atas apa-apa yang menimpamu. Sesungguhnya hal itu adalah urusan yang diutamakan." (Q.s. Luqman : 17).

Ayat ini menyebutkan dengan jelas beberapa hal terpenting bagi seorang muslim, yang menjadi penyebab tercapainya kebahagiaan yang sempurna. Sayangnya, kita justru melalaikannya. Telah dinyatakan sebelumnya bahwa kewajiban amar ma'ruf nahi mungkar sudah hampir ditinggalkan, bahkan perintah shalat sebagai amalan yang terpenting setelah iman juga sudah banyak dilalaikan. Banyak kaum muslimin yang sama sekali tidak melaksanakan shalat. Ada yang shalat, tetapi tidak memperhatikannya dengan sempurna, terutama shalat berjamaah. Padahal, dengan shalat berjamaah dikatakan sebagai menegakkan shalat. Pada umumnya, orang-orang miskin saja yang shalat berjamaah di masjid, sedangkan orang-orang kaya dan para tokoh merasa hina jika shalat di masjid.

Kepada Allah sajalah kita mengadu.

Sebuah syair menyatakan:

Wahai insan yang lalai.

Apa yang menjadi kehinaan bagimu, adalah kebanggaan bagiku.

5.      Firman Allah Swt.:

"Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang mengajak (manusia) kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.s. Ali Imran: 104).

Dalam ayat ini, Allah dengan tegas memerintahkan umat Islam agar dapat mewujudkan suatu umat yang mendakwahkan Islam ke seluruh dunia. Namun sayang, secara umum kita telah melalaikan perintah ini. Sebaliknya, orang-orang non-muslim justru sangat memperhatikannya, misalnya para misionaris Kristen, mereka siap menyebarkan agama mereka ke seluruh dunia dengan sungguh-sungguh. Begitu pula agama lainnya, mereka menyiapkan para penyebar agamanya. Namun adakah di kalangan umat Islam suatu jamaah yang berusaha demikian? Jawabannya tidak ada.  Kalaupun ada jamaah muslimin atau pribadi yang berusaha mentablighkan Islam, bukan bantuan dan kerjasama yang diterima, tetapi yang diperoleh adalah berbagai halangan dan kritikan. Begitu bertubi-tubi rintangan ini, akhirnya para mubaligh berputus asa dan meninggalkan dakwah yang mulia ini. Sebenarnya, kewajiban terpenting setiap muslim ialah membantu siapa saja yang benar-benar mentablighkan Islam dan memperbaikinya bila salah. Tetapi ia sendiri justru tidak melakukannya, bahkan para mubaligh ia jadikan sebagai sasaran kritik seolah-olah ingin menghentikan mereka.

6.      Firman Allah Swt.:

"Kalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi manusia, kalian menyuruh (berbuat) kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan kalian beriman kepada Allah." (Q.s. Ali Imran: 110).

Banyak hadits Rasulullah saw. yang menerangkan bahwa umat Islam adalah umat yang termulia di antara umat lainnya. Dan banyak pula ayat Al-Quran yang menyatakan demikian, baik dengan jelas maupun dengan isyarat. Dalam ayat di atas, Allah swt. telah memuliakan kita sebagai umat yang terbaik. Dan Allah telah menyebutkan syaratnya, yaitu selama kita berdakwah mengajak umat ini kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Para ahli tafsir mengatakan bahwa dalam ayat ini, kalimat amar ma'ruf nahi mungkar disebutkan lebih dulu daripada iman kepada Allah. Padahal, iman adalah pangkal segala amalan. Tanpa iman, kebaikan apa pun tidak akan bernilai sedikit pun di sisi Allah. Hal ini terjadi karena iman juga dimiliki oleh umat terdahulu, tetapi ada suatu amalan khusus yang menjadikan umat Muhammad saw. lebih unggul dibandingkan kaum-kaum sebelumnya, yaitu tugas amar ma'ruf nahi mungkar. Inilah penyebab umat Muhammad saw. lebih istimewa daripada umat lainnya. Meskipun demikian, iman tetap ditekankan dalam ayat ini, karena amal apa pun tidak akan bernilai tanpa iman.

Dan maksud utama ayat tersebut adalah menyebutkan pentingnya amar ma'ruf nahi mungkar bagi umat ini. Oleh karena itu ia disebutkan terlebih dahulu  daripada  iman. Maksud adanya amar ma'ruf nahi mungkar sebagai sesuatu yang menjadikan umat ini lebih unggul adalah, hendaknya umat ini memperhatikannya secara khusus, sehingga bertabligh secara sambil lalu tidaklah memenuhi syarat. Sebab, tabligh sebagai tugas tambahan pun sudah ada pada umat-umat sebelumnya, sebagaimana firman Allah,  "Ketika mereka lalai dari mengingatkan." Peringatan seperti ini banyak disebutkan dalam ayat-ayat lainnya. Jadi, kelebihan umat ini terletak pada perhatian khusus dalam dakwah. Oleh sebab itu, hendaknya dakwah dilaksanakan sebagai pekerjaan  yang pokok sebagaimana kerja-kerja agama atau dunia lainnya.

7.      Firman Allah Swt.:

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan mereka, kecuali orang yang menyuruh (manusia) bersedekah, atau berbuat baik, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa berbuat demikian karena mengharap ridha Allah, maka Kami akan memberinya pahala yang besar." (Q.s. An-Nisa: 114).

Dalam ayat ini Allah swt. berjanji akan memberi pahala besar bagi orang-orang yang mendakwahkan kebenaran. Seberapa besarkah pahala yang disebut besar oleh Allah? Dalam menafsirkan ayat ini, Nabi saw. bersabda, "Setiap ucapan seseorang adalah beban baginya, kecuali ucapan yang ia ucapkan untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, atau berdzikir kepada Allah." Dalam hadits lain, Nabi saw. bersabda, "Maukah aku beritahukan kepadamu suatu kebaikan yang lebih utama daripada shalat sunah, puasa, dan sedekah?" Jawab para sahabat, "Beritahukanlah, ya Rasulullah!" Beliau bersabda, "Mendamaikan sesama manusia, karena kebencian dan pertengkaran dapat menghilangkan kebaikan seperti pisau cukur mencukur rambut."

Masih banyak ayat Al-Quran dan hadits Nabi saw. yang menyuruh kita agar mendamaikan perselisihan di antara manusia dan menganjurkan kasih sayang dan saling mencintai sesama mereka. Yang perlu diperhatikan di sini ialah bahwa menganjurkan kasih sayang di tengah umat pun termasuk amar ma'ruf nahi mungkar dan merupakan kebaikan yang sangat besar. Oleh sebab itu, kita mesti bersungguh-sungguh untuk mewujudkan perdamaian dan dalam  memeliharanya.